Wabup Bogor: Pantauan Tim ada 100 Titik Longsor dan 2 Kampung ‘Hilang’ di Sukajaya
Ade Yasin, Bupat Bogor di Mako Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cibinong, Sabtu (4/1/2020).
LIPUTAN12.ID|BOGOR – Desa desa di Kecamatan Sukajaya terisolir karena bencana alam banjir bandang dan longsor yang terjadi pada Rabu (1/1/2020).
Wakil Bupati Bogor Iwan Setiawan mengatakan, berdasarkan foto saat pantauan tim dengan helikopter, ada sekitar 100 titik longsor di sana, bahkan ada dua kampung yang ‘hilang’ atau rata dengan tanah.
“Berdasarkan pemantauan tim saat menyalurkan bantuan logistik dan obat-obatan dengan helikopter kemarin, ada 100 titik bencana alam longsor. Sedangkan hasil pemantauan tim dan pihak Kecamatan Sukajaya ada dua kampung yang rata dengan tanah di Kampung Kubangan dan Kampung Kembangan Desa Pasir Madang,” kata Iwan kepada wartawan di Mako Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cibinong, Sabtu (4/1/2020).
Orang nomor dua di Bumi Tegar Beriman ini menerangkan, jajarannya melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU-PR) akan menghitung berapa ruas jalan dan jembatan yang rusak di kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten itu.
“Saat ini kami fokus untuk mengevakuasi korban bencana alam banjir bandang dan longsor dan membuka ruas jalan yang terputus baru setelah itu kami menghitung berapa ruas jalan dan jembatan yang rusak,” ungkapnya.
“Kami memperkirakan butuh bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) minimal Rp1 triliun untuk memperbaiki infrastruktur jalan dan jembatan ini, apalagi selain itu, banyak juga bangunan sekolah yang rusak,” tandas Wabup.
Di tempat yang sama, Bupati Bogor Ade Yasin menuturkan, di Kecamatan Sukajaya butuh bantuan logistik dan obat-obatan yang intens karena melihat banyaknya jumlah pengungsi.
“Akibat banyaknya rumah yang ambruk, otomatis masih banyak masyarakat yang tinggal di pengungsian yang butuh bantuan logistik dan obat-obatan yang intens. Hingga saat ini ada empat orang yang masih dinyatakan hilang,” tutur Ade Yasin.
Dihubungi terpisah, Sekcam Sukajaya Ridwan melanjutkan dari sekian desa terisolir yang paling parah terjadi di Desa Cileuksa dan menurut data yang dihimpunnya ada 6.000 pengungsi di wilayahnya.
“Dari sekian desa terisolir, Desa Cileuksa yang kondisinya paling parah. Bahkan baru saya dan tim dari kecamatan yang baru bisa tembus ke sana. Hingga saat ini jumlah pengungsi ada 6.000 pengungsi yang terdiri dari warga beberapa desa terisolir. Mengenai jumlah rumah yang ambruk, tim dari Kecamatan Sukajaya dan 12 pemerintah desa masih melakukan pendataan,” ungkap Ridwan.
Sumber: inilahkoran.com