Ramadhan Istimewa, Menolong Sesama
Oleh: Ade Yasin, Bupati Bogor
LIPUTAN12.ID|BOGOR – Ramadhan kali ini adalah Ramadhan yang berbeda, karena ditunaikan di tengah pandemi corona (Covid-19), di mana semua warga diharuskan menjaga jarak antara satu dengan yang lain physical distancing atau social distancing.
Pemerintah sudah mengeluarkan surat edaran, mudik dilarang, tarawih di rumah, tilawah di rumah, buka puasa bersama di kantor atau di tempat lain ditiadakan, tabliq akbar ditiadakan, pesantren kilat ditiadakan, takbir keliling ditiadakan, ngabuburit diawasi, shalat idul fitri di masjid atau di lapangan ditiadakan, halal bihalal ditiadakan, bayar zakat ditransfer atau dijemput ke rumah.
Ramadhan kali ini semua umat tetap di rumah. Bukankah Ramadhan datang hanya sekali setahun? Mengapa tidak bisa bersilaturahmi saling memohon maaf secara langsung dengan kerabat, sanak saudara dan handai taulan? Mengapa di bulan suci ini dilarang mudik, tidak bisa bertemu sungkem sembah kepada orangtua di kampung halaman?
Sulit dan berat, karena kali ini kita tidak bisa melakukan hal-hal yang sudah rutin kita lakukan dari tahun ke tahun. Tetapi haruskah kita menangisi keadaan? Haruskah kita menangisi covid-19 yang menjadi penyebab semuanya? Siapapun umat manusia di dunia ini tidak menginginkan suasana yang dicekam ketakutan terhadap covid-19 seperti sekarang ini.
Entah berapa banyak orang yang sudah meninggal, entah berapa banyak orang yang menumpahkan airmata kesedihan akibat ditinggal sanak keluarga yang meninggal karena covid-19. Entah berapa banyak perusahaan yang bangkrut dan pimpinannya menangisi nasib karyawannya yang menjadi kesulitan mencari nafkah. Entah berapa banyak yang sudah jatuh miskin. Entah berapa juta orang kelaparan.
Saya sebagai Bupati Bogor dan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Kabupaten Bogor merasakan secara langsung beratnya menghadapi situasi sulit seperti sekarang ini. Waktu serasa begitu singkat, semua serasa serba kurang. Saya dapat merasakan betapa getir ditinggal oleh orang tercinta karena meninggal setelah terinfeksi covid-19.
Saya merasakan pedih ketika orang-orang tercinta harus membiarkan sanak dan keluarga dirawat di ruang isolasi di rumah sakit yang penuh sesak. Saya berempati pada suara batin para medis yang berjibaku di garis depan berjuang menyembuhkan pasien covid-19. Saya berempati pada keluarganya di rumah yang setiap hari dihantui kekhawatiran kemungkinan tertular covid-19.
Saya meyakini kekhawatiran seperti itu juga ada pada para pemimpin di seluruh dunia, karena saya sangat yakin tidak ada pemimpin yang tidak ingin rakyatnya sehat walafiat dan sejahtera. Saya merasa tidak berkompeten menjawab mengapa ada covid-19. Namun, secara logika saya menilai kehadiran covid-19 ini sudah di luar akal sehat manusia.
Covid-19 itu sangat kecil, tidak terlihat secara kasat mata. Tetapi akibat yang ditimbulkannya sangat meraksasa, dirasakan oleh seluruh umat manusia di planet bumi ini, tidak peduli apa agamanya, apa bangsanya, warna kulitnya, status ekonominya dan lain sebagainya. Saya pun tergugah untuk bertanya, siapa yang mengendalikan covid-19 yang kecil tetapi berdampak sangat meraksasa itu?
Hari ini, umat Islam di seluruh dunia memasuki Ramadhan. Hakikatnya adalah meningkatkan kualitas keimanan. Dalam perspektif itu saya lebih percaya bahwa pasti ada pesan ke-Ilahi-an di balik kehadiran covid-19.
Maka batin saya mengatakan, di bulan Ramadhan ini lebih baik kita bermuhasabah mencari apa pesan ke-Ilahi-an di balik kehadiran covid-19. Berpuasa melakukan hal-hal yang biasa seperti mudik dan lain sebagainya itu, berpuasa menahan hak orang lain yang ada dalam rezeki kita, berpuasa mengedepankan hal-hal yang bersifat kebendaan saat Lebaran dan lain sebagainya.
Di bulan Ramadhan ini kita tumpahkan seluruh kekhusukan ibadah kita hanya padaNya, sendiri, di rumah. Di bulan puasa ini kita buktikan ke hadapan Allah SWT bahwa kita mampu saling menyayangi sesama umat. Di bulan yang penuh kemuliaan ini, seperti kita tahu Allah SWT membuka seluruh pintu rahmat dan pintu magfirah.
Mari memanjatkan doa meminta ampunan kepadaNya. Pada bulan ini juga kita umat muslim diberi kesempatan berlomba-lomba bersedekah dan beramal baik. Allah akan melipatgandakan pahala bagi orang yang beramal baik di bulan Ramadhan.
Pemerintah memang menyediakan bantuan sosial untuk masyarakat terdampak covid-19. Namun pasti tidak memuaskan. Untuk itu, saya mengajak kita semua membantu tetangga samping kanan kiri kita yang membutuhkan, jangan sampai ada tetangga yang kelaparan. Mari kita menjadikan Ramadhan ini sebagai ladang mencari pahala dan keridhoan Allah SWT.
Saya juga mengajak warga untuk lebih peduli dengan lingkungan sekitar dan menggerakkan hati untuk menolong tetangga yangg kesusahan, yang kaya membantu saudaranya yang miskin dan bangkitkan budaya gotong royong. Jadikan Ramadhan ini Ramadhan istimewa dengan menjadikan kekhusukan ibadah hanya ditujukan kepadaNya.
Marhaban ya Ramadhan. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1441 Hijriah. Saya mengajak kita semua untuk berdoa semoga Allah segera mengangkat penyakit yang ditimbulkan wabah Covid-19. Aamiiin…!
Redaksi: Lekat Azadi