Peringatan HGN 2020, Disdik Sumenep Catat Rekor Baru Pembacaan Macopat Terlama di Dunia
Foto: DR. KH. A. Busyro Karim Bupati Sumenep, didampingi Sekdakab Sumenep dan Kepala Dinas Pendidikan Drs. Ec. Carto, M.M., saat Penghargaan dari Direktur Leprid Paulus Pangka, S.H.
SUMENEP|LIPUTAN12 – Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2020 di Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur memecahkan rekor dunia. Pasalnya, perayaan HGN kali ini yang mengangkat tema “Peran Guru Melestarikan Budaya Leluhur Kabupaten Sumenep”, dikemas dengan pagelaran kesenian Macopat (mamaca-red) tercatat dalam Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) dan mendapatkan piagam penghargaan.
Pagelaran macopat adalah satu budaya leluhur Kabupaten Sumenep yang ditempatkan di Gedung Ki Hajar Dewantara, yang dilakukan 13 kelompok dari 11 kecamatan, menembangkan sejumlah tembang macopat terlama di dunia hingga 75 jam non stop (3 hari 3 malam).
Foto: Drs. Ec. Carto, M.M., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep Saat menerima penghargaan dari Ketua Umum sekaligus Pendiri Lembaga Leprid, Paulus Pangka.
Ketua Umum sekaligus Pendiri Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid), Paulus Pangka memberikan apresiasi dan penghargaan kepada pemerintah daerah kabupaten Sumenep dalam hal ini Dinas Pendidikan atas pergelaran pembacaan Macapat terlama di dunia, hingga mencapai waktu 75 jam (3 hari 3 malam) dalam rangka Hari Guru Nasional 2020.
“Seni budaya ini merupakan rekor dunia baru. Tidak tanggung tanggung untuk peringati Hari Guru Nasional (HGN) ke-75 Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep, melaksanakan pagelaran pembacan macapat selama 75 jam non stop dengan melibatkan 13 kelompok,” kata Paulus Pangka, Rabu (25/11/2020) di Sumenep.
Penghargaan Leprid diserahkan secara langsung oleh Direktur Leprid Paulus Pangka, S.H., kepada Bupati Sumenep DR. KH. A. Busyro Karim yang didampingi Sekdakab Sumenep dan Kepala Dinas Pendidikan Drs. Ec. Carto, M.M.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep mengaku senang karena pagelaran macopat untuk memperingati Hari Guru Nasional (HGN) dapat membuat rekor baru dunia.
Menurutnya, pada dasarnya kegiatan ini sebagai bagian untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal. pelaksanaannya mulai tanggal 22 November 2020, siswa dilibatkan untuk melihat secara langsung dengan bergiliran.
“Kami ada keinginan macopat ini bisa dilestarikan. Selain dilestarikan juga dapat diajarkan. Dengan pagelaran ini minimal murid tahu bagaimana seni macapat,” jelas Carto.
Ia mengungkapkan regenerasi ini sangat penting untuk kelanjutan seni dan kebudayaan lokal, salah satunya ialah pelestaria kesenian tembang macopat yang pelaku seninya sudah pada usia yang tidak muda lagi.
“Pelaku seni macopat sekarang sudah sepuh-sepuh. untuk Kedepannya bagaimana ada generasi, jadi pertama harus ada panduan dari yang tua. Kemudian kedepannya lagi diteruskan oleh yang muda-muda,” tandasnya.
Diketahui, group macopat yang mengikuti pagelaran tersebut adalah diantaranya: Irama Merdeka dari Kecamatan Kalianget, Sinar Nyomo, Kecamatan Kalianget, Sinar Utama, Kecamatan Kalianget, Tunas Waringin, Kecamatan Talango, Bunga Sari, Kecamatan Saronggi, Sumber Urip, Kecamatan Batuan, Putra Harapan, Kecamatan Bluto, Setia Kawan, Kecamatan Kota, Satu Hati Satu Tujuan, Kecamatan Ambunten, Rukun Santoso, Kecamatan Rubaru, Rukun Samporna, Kecamatan Batuputih, Tri Warna, Kecamatan Gapura dan Sumber Arum dari Kecamatan Kota.
Reporter: Kachonk
Editor : Redaksi
Copyrigh © Liputan12 2020