Jelang Pilkada Serentak 2024, FWBB Gelar Diskusi Publik Bertajuk 'Kriteria Sosok Ideal Pemimpin Kabupaten Bogor'
BOGOR | LIPUTAN12 - Menjelang akan berlangsungnya agenda politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2024, Forum Wartawan Bogor Bersatu (FWBB) menggelar Diskusi Publik dengan tema “Kriteria Sosok Ideal Pemimpin Kabupaten Bogor”.
Acara yang digelar di Rajawali Shooter Akademi, Jl. Bukit Hijau Sentul, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor pada Jumat, 12 Juli 2024 ini, dipandu oleh Yusdiansyah selaku moderator dengan menghadirkan dua orang tokoh nasional sebagai narasumber, yakni Pemerhati Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah dan Praktisi Hukum Deolipa Yumara.
Turut hadir pula pada Diskusi Publik tersebut, dua orang tokoh Kabupaten Bogor yaitu Budayawan dan Sejarawan Kabupaten Bogor TB. AMF. Atma Wijaya atau yang akrab disapa Kang Edoh, serta Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bogor H. Subagiyo.
Pemerhati Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah dalam penyampaiannya mengatakan, bahwa secara umum seorang pemimpin itu harus memiliki 4 kriteria yaitu Integritas, Kapabilitas dan Otoritas serta memiliki Caritas.
Integritas, kata Trubus Rahardiansyah, merupakan wujud keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam kehidupan bernegara. Menurutnya, perspektif tokoh bangsa yang memiliki integritas yang tinggi adalah Mohammad Hatta atau yang kita kenal dengan sebutan Bung Hatta.
“Bagaimana seorang Bung Hatta mampu menyingkirkan egoisnya saat jadi pemimpin dan pada saat merasa tidak sejalan dan sepemikiran lagi, dan demi keutuhan Indonesia Dia (Bung Hatta-red) rela untuk mengundurkan diri,” ujar Trubus.
Kriteria Kedua, kata Trubus, adalah Kapabilitas. Menurutnya, Kapabilitas merupakan kemampuan mengekploitasi sumber daya dalam diri maupun organisasi, serta potensi diri untuk menjalankan serangkaian aktivitas.
Dirinya menyebut, salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kapabilitas (kemampuan) adalah Franciscus Xaverius Seda atau lebih dikenal dengan Frans Seda.
“Kemampuan dan pengabdian Fran Seda kepada negara bukan hanya di satu masa, akan tetapi Frans Seda merupakan tokoh di 3 zaman, yakni zaman Orde lama, Orde baru dan zaman Reformasi. Hal itu tentunya sangat mempengaruhi kemajuan negara kita,” ungkap Trubus.
Kemudian yang ketiga adalah Otoritas. Trubus menjelaskan, kriteria Otoritas sendiri dalam konteks pemilihan kepala daerah ini harus orang yang memiliki pengaruh atau kekuasaan.
"Berarti hak untuk memerintah atau menentukan," ungkapnya.
Yang terakhir adalah Caritas, Trubus menyebut kriteria Caritas merupakan bahasa latin yang berarti cinta kasih (berbagai sumber-red), yaitu pemimpin yang betul-betul bekerja melayani rakyat.
Untuk tokoh bangsa yang memiliki sifat Caritas ini, Trubus menggambarkan sosok pemimpin Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
“Bagaimana Sri Sultan Hamengkubuwono IX benar-benar dicintai rakyatnya karena pengabdiannya dalam melayani masyarakat,” sebutnya.
Trubus menambahkan, terkait Pilkada 27 November mendatang, sosok pemimpin Kabupaten Bogor diharapkan memperhatikan Aglomerasi sebagai konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan. Mengingat, sekarang ini Jakarta bukan lagi sebagai ibu kota negara.
“Sekarang Kabupaten Bogor bukan daerah penyangga ibu kota negara, tentunya dibutuhkan sosok pemimpin yang dapat memberi warna baru demi kemajuan wilayahnya. Salah satu cara dengan mengembangkan/meningkatkan UMKM, sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja. Jadi, masyarakat tidak perlu bekerja ke luar daerah,” ucap Trubus di akhir materinya.
Sementara itu, Sejarawan dan Budayawan asli putra daerah Kabupaten Bogor TB. AMF. Atma Wijaya atau yang akrab disapa Kang Endoh berharap siapapun sosok pemimpin jangan hanya datang ke pelosok saat berkampanye karena ingin mendapatkan suara.
Tolong perhatikan sejarah dan budaya kearifan lokal. Mari kita jaga sumber daya alam kita, terutama sumber air agar generasi kita ke depannya dapat memanfaatkan dengan baik pula.
“Jangan hanya memanfaatkan sumber daya alam tanpa bisa menjaganya. Perhatikan juga sejarah dan budaya. Ingat, negara yang besar adalah negara yang tidak pernah melupakan sejarah,” tegas Kang Endoh.
Sebagai narasumber di bidang hukum, Deolipa Yumara memberikan pandangan terkait kriteria sosok pemimpin ideal secara umum dengan berharap agar calon yang terdaftar dan terpilih nantinya dapat lebih amanah. Jangan sampai bermasalah dengan hukum, karena itu sangat mencederai hati rakyat.
“Majulah dengan hati yang bersih untuk memajukan Indonesia, khususnya wilayah yang dipimpin kelak. Semoga siapapun nanti yang akan memimpin Kabupaten Bogor ini dapat menjalankan amanah sebaik mungkin," ujar Deolipa Yumara.
"Karena pengaruh negatif saat menjabat pasti selalu ada. Sifat serakahlah yang selalu menggiring seorang pejabat itu terjerat dalam pusaran kasus, dan pastinya ada konsekuensi hukum terkait hal itu,” sambungnya.
Ketua PWI Kabupaten Bogor H. Subagiyo dalam sudut pandangnya mengatakan, untuk mencari mencari sosok pemimpin yang idealis agak sulit, cost politik yang tinggi (high cost), semua berhubungan dengan politik.
“High cost politik menyebabkan agak sulit untuk mencari sosok pemimpin yang idealis. Tentunya dalam politik ada hubungan timbal balik, sehingga dalam beberapa hal keputusan berdasarkan balas jasa,” ungkap Subagiyo.
Dirinya hanya berharap, semoga Bupati Bogor terpilih nantinya memiliki keberpihakan kepada rakyat kecil dalam segala hal, terutama ekonomi dan kesehatan, seperti kasus stunting, harus jadi perhatian lebih karena menyangkut generasi penerus bangsa. Berikanlah pelayanan terbaik bagi masyarakat.
“Bagi masyarakat khususnya yang ada di pedalaman gunakan media sosial untuk diketahui khalayak umum bila mana ada ketidaksesuaian yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah. Jangan segan berikan data kepada wartawan, sebagai sosial kontrol awak media juga harus responsif terhadap keluhan di masyarakat agar semua berjalan dengan baik,” tandasnya.
Ditemui seusai kegiatan, ketua FWBB Iwan Boring alias IB mengatakan, terkait Diskusi Publik ini tidak ada unsur politik dengan forum yang dipimpinnya. Ini murni agar masyarakat dapat menilai kriteria para calon yang akan menjadi pilihan pada Pilkada mendatang.
“Tidak ada unsur politik pada dskusi publik ini, FWBB tidak ada keberpihakan pada salah satu kandidat dalam Pilkada nanti. Seperti yang kita dengar bersama, dalam dialog dengan narasumber tadi tidak ada menyebut satupun nama kandidat para kontestan pilkada,” ujar IB.
Dirinya berharap, siapapun nanti yang terpilih memimpin Kabupaten Bogor dapat menjalankan tugasnya dengan amanah dan kebijakan yang diambil berpihak pada masyarakat atau untuk kepentingan umum tanpa ada unsur apapun.
Lebih lanjut IB mengatakan, acara diskusi publik ini nantinya akan berlanjut bila mana ada kandidat yang sudah terverifikasi dan terdaftar di KPU bersedia diundang oleh FWBB untuk berdialog.
“Semoga nanti ada calon Bupati yang sudah terverifikasi dan terdaftar di KPU bersedia kita undang untuk berdialog dalam forum yang sama,” tutupnya.***