SUMENEP | LIPUTAN12 – Polemik penolakan draf eksploitasi pertambangan Fosfat dalam review Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2013-2033 di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur kian mencuat dan semakin masif.
Setelah pada sebelumnya beberapa organisasi sektor pemuda mahasiswa skala daerah, misalnya Front Keluarga Mahasiswa Sumenep (FKMS), Aliansi Mahasiswa Sumenep (AMS) yang sudah terlebih dahulu aktif mengkritisi dan menyuarakan secara masif penolakan terhadap rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep untuk memperluas konsesi eksplorasi besar-besaran tambang fosfat.
Sikap penolakan tambang fosfat dari kalangan organisasi – organisasi di atas, kemudian menjadi cambuk dan mengilhami pemuda mahasiswa di kecamatan lain yang masuk dalam rencana konsesi pertambangan fosfat.
Kali ini datang dari sekelompok pemuda kecamatan Ganding yang mengatasnamakan Solidaritas Sadar Lingkungan Ganding (Solid), dengan menggelar kegiatan yang serupa.
Komunitas ini rencananya akan menggelar kegiatan bertajuk, “Rokat Gunung, Konser dan Orasi Lingkungan” yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu (30/1/2021) pukul 19.00 WIB bertempat di Pendopo Kecamatan Ganding.
Dalam Rokat Gunung sendiri rencananya akan dipimpin langsung oleh KH. Musyfiq Al Karawi. Sementara untuk Konser dan Orasi Lingkungan akan diisi oleh berbagai pihak, mulai wakil rakyat di DPRD Sumenep, seperti Irwan Hayat, Ahmad Jasuli, Naufil, Ahmad Suwaifi, serta Kiai Faizi El-Kaelan sebagai Tokoh masyarakat.
Solidaritas Sadar Lingkungan Ganding (Solid), Moh. Ruli menyampaikan, rangkaian kegiatan menolak beroperasinya tambang fosfat itu sebagai respon dari masyarakat kecamatan Ganding, terhadap upaya Pemkab Sumenep yang akan melegalkan pertambangan fosfat dengan mereview RTRW.
“Beberapa desa di Kecamatan Ganding masuk dalam objek pertambangan Fosfat, seperti Gadu Timur misalnya. Makanya kami tidak ingin desa kami yang hijau, banyak pepohonan, sejuk subur dan banyak sumber mata air dirusak menjadi desa yang kering, berlubang dan menakutkan jika penambangan itu terjadi. Desa kami hanya akan menjadi desa yang akan dihuni oleh dedemit,” katanya, Jum’at (29/1/2021).
Tujuan dari kegiatan tersebut Koordinator SOLID menuturkan, ini adalah adalah sebagai wadah sosialisasi dan penyadaran, tentang dampak pertambangan fosfat terhadap lingkungan dalam jangka panjang, sekaligus bentuk ikhtiar pemuda dan masyarakat Ganding untuk mengusir para cukong Cukong dan dedemit berdasi yang akan merusak lingkungan Sekitar.
Menurutnya, jika pertambangan Fosfat dipaksakan, maka tidak hanya kerusakan lingkungan yang akan terjadi namun juga berpotensi mendatangkan bencana, mulai dari kekeringan, banjir, longsor dan sebagainya.
“Dampaknya tentu pada petani. Mereka akan kehilangan penghasilan. Bagaimana bisa petani bercocok tanam jika banyak tanah dan lahan yang dikeruk. Fosfatnya diambil dan tanahnya menjadi tidak subur lagi. Sumber air akan kering, bagaimana nasib anak cucu kita 5-10 tahun ke depan,” tukasnya.
Redaktur : Lekat Azadi
Copyright© liputan12 2021