KLATEN|LIPUTAN12 – Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan anggota sanggar seni Bandung Bondowoso di Desa Gondangan Jogonalan Klaten untuk menggelar pertunjukan seni tradisi kethoprak dengan lakon Ki Ageng Mangir Wanabaya (Turidhasmara Pamikatsih). Walau demikian, pertunjukan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
“Pergelaran ini untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda sekaligus penampilan perdana divisi kethoprak sanggar seni Bandung Bondowoso yang telah berlatih rutin selama dua bulan terakhir,” ungkap pimpinan sanggar, Marsono Purwo Atmojo, Sabtu (31/10/2020).
Marsono menambahkan bahwa sanggar seni Bandung Bondowoso berupaya untuk senantiasa melestarikan, mempertahankan dan mengembangkan seni budaya agar tetap eksis menapaki perkembangan jaman.
Penampilan kethoprak dengan alur cerita konflik yang terjadi di tanah perdikan Mangir dikemas secara indah dan dipentaskan dengan sukses oleh seniman muda yang berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Klaten.
“Lakon ini meluruskan asumsi bahwa Ki Ageng Mangir Wanabaya ngraman kepada Mataram. Karena secara nyata terbukti bahwa Ki Ageng Mangir tidak memberontak. Tanah perdikan Mangir sejak Brawijaya Pamungkas telah ditetapkan sejajar dengan Mataram, Ponorogo pada masa Bethara Katong maupun Gunung Sewu pada masa Lembu Amisani. Ki Ageng Mangir Wanabaya merupakan pribadi yang teguh pada pendiriannya dan pemimpin yang hebat pada masanya,” papar Darwin Adinegoro, sutradara pentas.
Darwin Adinegoro menambahkan bahwa setiap upaya tentu memerlukan strategi matang agar dapat mencapai tujuan. Demikian pula Panembahan Senapati dalam upaya menakhlukkan tanah perdikan Mangir, khususnya Ki Ageng Mangir Wanabaya dengan cara halus melalui putrinya Retna Pembayun (Pamikatsih) dengan cara memikat hati sang Wanabaya.
Pertunjukan kethoprak yang dirindukan dan memikat warga sekitar sanggar, ternyata mendapatkan apresiasi dari pasangan calon Bupati Klaten, Arif Budiyono dan Harjanta (ABY-HJT) yang turut menyaksikan.
Bahkan, mereka berdua didaulat menjadi duta seni budaya oleh sanggar seni Bandung Bondowoso.
Dalam kata sambutannya, Arif Budiyono menegaskan bahwa pondasi pembangunan salah satunya adalah karakter masyarakat yang dibangun melalui pergulatan budaya.
“Budaya harus senantiasa diasah dan menjadi bagian integral dengan masyarakatnya. Semua stake holder harus bersatu padu mengawal keberadaan seni budaya agar tumbuh berkembang di tengah masyarakatnya,” pungkas Arif Budiyono. ***
Editor : Redaksi
Copyrigh © Liputan12 2020