Berkat Kepedulian Bupati Achmad Fauzi Terhadap Pelaku UMKM, Pengrajin Batik di Sumenep Bangkit dari Keterpurukan

Berkat Kepedulian Bupati Achmad Fauzi Terhadap Pelaku UMKM, Pengrajin Batik di Sumenep Bangkit dari Keterpurukan

Smallest Font
Largest Font

SUMENEP - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Provinsi Jawa Timur terus melakukan trobosan untuk membangkitkan perekonomian masyarakat. Salah satunya melalui pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Trobosan yang dicanangkan oleh Bupati Sumenep H. Achmad Fauzi Wongsojudo itu cukup dirasakan oleh puluhan pengrajin batik Beddei di Desa Pakandangan Barat, Kecamatan Bluto Sunenep.

Sebelumnya, Pengerajin Batik Beddei dikabarkan mengalami putus asa sehingga menutup usahanya dan mencari pekerjaan lain seperti halnya merantau.

Bukan tanpa alasan, hal tersebut disebabkan karena menurunnya roda prekonomian dan kurangnya perhatian dari pemerintah sebelumnya.

Namun demikian, beruntung kini usaha tersebut, salah satunya seperti Batik Beddei, juga batik Tulis lainnya mendapat perhatian khusus dari Pemerintahan Bupati Fauzi Wongsojudo sehingga menjadi angin segar bagi pengrajin.

Selama bertahun tahun batik khas Kabupaten Sumenep bermotif Beddei sempat mati suri bahkan hampir hilang dari perdaban karena sekian lama tidak produksi.

Namun, dengan adanya program Bupati Achmad Fauzi terdapat secercah harapan yang menjadi momentum dari kebangkitan jenis batik warisan leluhur orang Sumenep tersebut.

Momen kebangkitan tersebut ialah program pemberdayaan UMKM yang dilakukan oleh Pemkab Sumenep. Dimana dalam program itu Pemkab Sumenep mendahulukan produk UMKM lokal dalam pemenuhan kebutuhan daerah.

Salah satunya adalah kebutuhan seragam Aparat Sipil Negara (ASN) yang selama ini dipenuhi oleh produk batik luar Kabupaten Sumenep. Tapi kali ini berbeda produk batik lokal seperti "Beddei" yang sudah dijadikan seragam ASN dilingkungan Pemkab Sumenep.

Hal ini tentu merupakan komitmen nyata Bupati Achmad Fauzi dalam mewujudkan pembangunan ekonomi berbasis lokal wisdom.

Seperti Cerita Dauli Salah satu Oengrajin Batik Beddei mengungkapkan, sebelum adanya program pemberdayaan batik beddei oleh Pemkab Sumenep. Banyak pembatik yang fakum bahkan meninggalkan profesinya karena sepi pesanan dan harga yang tidak ekonomis.

Tapi semenjak program pemberdayaan ini berjalan geliat pembatik meningkat dan pembatik yang sebelumnya fakum kembali lagi membatik.

"Alhamdulillah sekarang semakin banyak pembatik, berkat program pemberdayaan bupati ini," Ucapnya.

Ditambah lewat program ini kata Dauli manyasarakat merasakan betul dampaknya. Bagaimana tidak batik beddei yang selama ini dihargai rendah oleh pengusaha dengan keuntungan minim, lewat program ini pembatik dan pelaku UMKM dapat menentukan sendiri lewat musyawarah dan terus mengalami kenaikan.

"Dulu harga sekitar Rp 30 ribu naik menjadi Rp 60 ribu dan tidak ada kenaikan lagi. Sekarang berkat bapak Bupati harga Rp 130 ribu hingga Rp 135 ribu," paparnya.

Dauli dan masyarakat pembatik di Pakandangan Barat Kecamatan Bluto ini terus berharap warisan nenek moyangnya berupa kerajinan batik beddei ini tetap bertahan tidak lekang dimakan zaman.

Namun, perlu diketahui Akar masalahnya selama ini adalah harga pasar batik beddei yang sangat rendah dipasaran. Dengan adanya perhatian pemerintah melalui program pemberdayaan tersebut, maka masalah tersebut semoga terus teratasi, Sehingga dapat menjadi sumber ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat setempat.

"Semoga programnya dapat dilanjutkan karena memang masyarakat sangat merasakan betul dampaknya," harapnya.

Senada dengan apa yang disampaikan Oleh Pengrajin Batik Tulis lainnya, salah satunya adalah Sufriyadi pengusaha muda yang awalnya mulanya belajar dari suatu pelatihan membatik yang diselenggarakan oleh Pemkab Sumenep yaitu program Santri Enterpreneur, kini Sufriyadi dengan tekun terus mengembangkan usahanya hingga kini bisa menembus pasar di kalangan pejabat pemerintah daerah dan juga di jawa timur.

Sufriyadi pengrajin batik tulis yang memiliki Brand A-Batik tersebut kini sudah meraskan dengan adanya kepedulian Bupati Achmad Fauzi teehadap pelaku UMKM khususnya di bidang Batik.

"Alhamdulillah mulai tahun 2022 Kami sudah bisa menerbitkan NIB (Nomor Induk Berusaha) dan sampai sekarang Sentra batik tulis kami terus berkembang, itu semua tak luput dari kepedulian Bapak Bupati terhadap pengrajin batik" terangnya.

Kepedulian Pemerintah Daerah berbentuk kerjasama, salah satunya bisa berupa pengadaan seragam atau yang lainnya, juga diikutkan pameran-pameran yang difasilitasi oleh instansi tersebut.

"Tanggal 08-12 Mei 2024 kemarin, kami mengikuti kegiatan pameran "Batik Bordir & Aksesoris Fair 2024" yang di adakan di Gramd City Surabaya yang difasiltasi oleh Disperindag," Ucap Sufriyadi.

Sementara itu, Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo menyampaikan, jika para pembatik di Kabupaten Sumenep mengalami kemajuan yang sangat luar biasa dengan dimotori oleh Batik Tulis Canteng Koneng.

Menurutnya, jika selama ini para pengrajin Batik Tulis Khas Sumenep akan selalu diberdayakan serta disejahterakan demi menjaga kelestarian budaya Bangsa.

“Untuk menjaga kelestaria Budaya bangsa kami akan terus meningkatkan kesejahteraan para pengrajin, dan kami terus mencetak para pengrajin batik tulis yang muda di Kabupaten Sumenep ini,” paparnya.

Tak hanya itu, melihat perkambangan batik, ia pun sangat mengapresiasi para pembatik di Sumenep, khususnya yang masih muda-muda, karena terus berkarya dan terus semangat untuk meningkatkan karya seninya.

Tak heran, kata bupati, jika pengrajin batik tulis di Sumenep saat ini rata-rata anak muda, dan hal itu menurutnya perlu mendapatkan support penuh dari pemerintah, lantaran karya batiknya saat ini telah dipakai oleh kalangan pejabat tingkat daerah, Provinsi hingga dipakai Presiden Republik Indonesia (RI).

Editors Team
Daisy Floren