9 Elemen Jurnalistik dari Bill Kovach dan Tom Rosentiel
LIPUTAN12.ID – Jika kamu adalah seorang jurnalis, kamu pasti tahu dengan nama Bill Kovach dan Tom Rosentiel. Keduanya adalah penyusun buku The Elements of Journalism yang hingga kini menjadi kitabnya para jurnalis.
Buku ini awalnya adalah buah hasil riset Committee of Concerned Journalist yang mencoba untuk mencari tahu prinsip jurnalis menurut pandangan masyarakat. Hasil empat tahun riset ini akhirnya membuahkan buku tersebut dan salah satu isi yang paling terkenal adalah Sembilan elemen jurnalisme yang menjadi prinsip dasar jurnalis di seluruh dunia.
Berikut adalah kesembilan elemen jurnalisme tersebut:
1. Kewajiban pertama junalisme adalah kebenaran
Fungsi utama seorang jurnalis adalah untuk menyampaikan kebenaran. Yang perlu kamu ingat adalah fakta tidak sama dengan kebenaran. Dengan memaparkan fakta-fakta yang diperoleh dari lapangan lalu menyusunnya menjadi sebuah berita, berita tersebut akan menguak kebenaran dengan sendirinya. Kebenaran ini juga memiliki makna relatif dan semua tergantung siapa yang membacanya. Namun, jurnalis juga bertugas untuk memaparkan fakta-fakta secara adil dan terpercaya, berlaku saat ini, dan dapat dijadikan bahan untuk investigasi lanjutan.
2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat
Salah satu komitmen yang harus dipegang teguh seorang jurnalis adalah tidak boleh berpihak kepada siapapun (netral), baik itu penguasa maupun pemilik media. Komitmen tersebut tak boleh luntur karena itulah dasar dari kepercayaan masyarakat kepada media yang dikonsumsinya. Para pelaku media juga harus mendapat kepercayaan masyarakat bahwa berita yang dipublikasikan tidak diarahkan demi kepentingan iklan.
3. Inti jurnalisme adalah disiplin dalam melakukan verifikasi
Jurnalisme itu berbeda dengan propaganda, fiksi, maupun hiburan. Yang membedakan hal tersebut terletak pada verifikasi informasi. Verifikasi data ini bisa dalam metode mewawancarai berbagai macam sumber agar tidak hanya melihat dari dua sudut pandang saja, tapi dari seluruh sudut pandang. Metode ini digunakan agar jurnalis bisa objektif dan tidak bias pada suatu kasus tertentu.
4. Jurnalis harus menjaga independensi dari sumber yang diliput
Jika terjun ke dalam dunia jurnalisme, seorang jurnalis harus mengetahui bahwa independensi tidak sama dengan bersikap netral. Dalam menulis tajuk misalnya, pemimpin redaksi harus bersikap independen di mana tulisannya tersebut harus berdasarkan pemikirannya sendiri (tidak memihak pada pihak siapapun). Sehingga harus ada jarak antara jurnalis dengan sumber agar jurnalis dapat melihat dengan ‘kepalajernih’ kasus yang sedang diliputnya.
5. Menjalankan kewajiban sebagai pengawas yang independen terhadap kekuasaan
Jurnalis memiliki kemampuan yang tak terbatas sebagai watchdog terhadap kekuatan besar yang dapat memengaruhi persepsi masyarakat, dalam hal ini berbentuk pemerintahan atau lembaga besar. Karena adanya jarak antara yang berkuasa dengan yang lemah itulah peran jurnalis diperlukan sebagai “penyambung lidah masyarakat” yaitu untuk menyampaikan pesan kepada satu pihak dengan yang lainnya dan tetap berpegang teguh pada prinsip jurnalisme.
6. Menyediakan forum bagi masyarakat untuk saling kritik dan berkompromi
Fakta yang dipaparkan oleh jurnalis dalam suatu media lebih baik meninggalkan ruang bagi publik untuk beropini. Hal ini dapat mengajarkan masyarakat untuk bersikap kritis terhadap informasi yang diberikan. Apapun yang diberikan oleh media bisa menjadi bahan untuk diskusi dan agar masyarakat dapat mengambil sikap pada suatu permasalahan.
7. Berjuang untuk membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan
Agar membuat masyarakat tertarik dengan berita yang diangkat, jurnalis harus pintar dalam mengemas fakta yang dimiliki agar menarik tapi tetap relevan. Dalam hal ini berarti: jurnalis di media cetak harus pintar dalam mengolah kata-kata agar beritanya dibaca, jurnalis di TV harus pintar mengemas naskah dengan gambar agar tetap relevan, dan jurnalis di radio harus cerdik membacakan naskah agar didengar. Pada akhirnya, seorang jurnalis harus memiliki kemampuan story-telling with a purpose.
8. Membuat berita tetap komprehensif dan proporsional
Kovach dan Rosentiel mengambil contoh surat kabar yang memuat judul berita yang sensasional sehingga pembaca tertarik untuk membacanya. Namun kekurangan dari judul dan isi berita yang sensasional itu tak bisa menjaga loyalitas pembacanya. Berita yang proporsional dan komprehensif dapat dilihat dari bagaimana seorang jurnalis mengemas fakta-fakta yang dimilikinya dan tetap bisa menuliskannya menjadi satu tulisan yang utuh. Jurnalis yang baik tidak akan menambahkan fakta yang tidak ada.
9. Tetap berkewajiban untuk mendengarkan hati nurani
Setiap jurnalis, baik dari jurnalis junior hingga pimpinannya harus memiliki kompas moral (compass moral), yaitu memiliki etika dan tanggung jawab. Jangan takut untuk menyuarakan pendapat yang berbeda dengan rekan kerja maupun dengan atasan. Tapi perbedaan pendapat tentu saja harus didasari oleh data-data yang akurat agar tidak asal ‘ceplas-ceplos’. Para pimpinan pun harus bersikap terbuka dan siap mendengarkan suara dari para jurnalis yang terjun langsung kelapangan agar mereka tetap merasa dihargai.
Untuk kalian yang bekerja sebagai jurnalis, apakah kalian merasa sudah menerapkan elemen-elemen tersebut ke dalam pekerjaan kalian? Jangan lupa untuk merefleksikan diri dan tetap berpegang teguh dengan prinsip-prinsip jurnalisme di atas.
Sumber : kinibisa.com.
Redaktur : broolek
Copyright© liputan12 2021